Nusantara Krisis 2030 Episode 2

June 30, 2018 0 Comments

#Eps 2: "Keluar kandang"


Bandung, 24 mei 2040

*Meow.. Meow..

"Iya..iya aku bangun manis, hmmm.. Pasti kamu lapar ya..?"

Hoaammm... Pagi yang cerah di bumi ini, seperti biasa bangunan-bangunan hancur, tiang dan pohon yang roboh, rumput ilalang yang tumbuh secara liar sudah tidak asing lagi bagiku, kota Bandung yang dulunya sangat indah ini sudah bercampur aduk seperti bubur.

Aku pun menjalani aktifitasku, mandi, makan, memberi makan si manis, dia adalah kucing yang setia menemaniku, adikku memberikannya padaku untuk ku jaga, ia memberikannya sehari sebelum peperangan itu terjadi.. Ah sudahlah, aku tidak mau mengingat-ngingat tragedi itu, hatiku sakit rasanya ketika mengingatnya.

Ya.. Inilah Indonesia yang sekarang, semuanya berantakan, entah kemana para pemerintah yang sudah memakmurkan negara ini saat itu, aku bertanya pada diriku sendiri, apakah masih ada orang yang hidup selain aku?

Ok mungkin yang kalian lihat ketika dulu sekali, mungkin Bandung adalah kota yang indah adem, tiis nya? Tapi berbeda dengan sekarang kota ini seperti antah berantah, waktu penyerangan itu terjadi, Bandung adalah salah satu kota yang paling awal terkena serangan, pemerintah di evakuasi secepatnya ke luar pulau.

Padahal perang berakhir sekitar 5 bulan yang lalu, tapi pemerintah belum melakukan gerakan untuk membersihkan dan membereskan kota. sekarang aku tak dapat mengetahui apa yang terjadi diluar sana, saluran tv mati, radio tidak berfungsi.

Terkadang aku berpikir untuk pergi dari kota ini untuk mencari kehidupan, sudah berbulan-bulan aku tidak berbicara dengan manusia, aku hanya mengobrol dengan kucingku si-manis.

Tapi.. Apakah akan aman jika aku keluar dari tempat persembunyianku? Apakah ada bahaya lain diluar sana?

Dan sudah putuskan, untuk pergi keluar, segera ku persiapkan segala barang-barang yang akan kubawa, seperti termos listrik, baju, ah tidak cukup satu saja, toh tidak akan ada yang peduli dengan bau badan disaat yang seperti ini, ok jangan lupa dengan makanan, oh ya senjata untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang membahayakan diriku. Aku akan membawa bedog (golok), pisau dapur punya ibu, dan handgun milik bapakku pelurunya ada sekitar... 5 biji? Sial, ok nanti aku akan membawanya di gudang senjata darurat di Cimahi, yang sudah ditinggalkan tapi belum dibereskan sejak berakhirnya tragedi tersebut, dan satu lagi motor bapakku! Gak kuat aku jika harus berjalan kaki saja. Ok ayo kita berangkat! Hey tunggu dulu sudah sore, ok besok saja..

Hari pun sudah berganti, aku akan berangkat sangat subuh sekali. Di tengah perjalanan, nasib sial menimpaku, ada sebuah truk yang besar terguling dan menghalangi jalan, jadi aku harus berjalan.

*Syyuuut... Crep

Apa ini? Tunggu ini bukan panah beracun kan? Ii...yaa.kann....... Gubrak!

"Di-dimana ini? Hey siapa kalian!? Kenapa kalian mengikatku!? Apa salahku!?" Teriakku pada mereka, jujur badanku masih berat sekali karena racun dari panah tersebut.

"Jawab! Apakah kamu mutan!?" Tanya seorang wanita garang, tapi cantik.. Yang sedang menggenggam sebuah tongkat, mungkin itu untuk memukulku..

"Mutan apa? Aku tidak tahu apa yang kamu maksud! Cepat lepaskan aku!" Aku tak menjawab pertanyaannya, karena mutan? Apa itu? Karena aku sekolah hanya sampai SD (bukan karena malas, tapi tragedi itu terjadi ketika aku SD, dan aku memang orang yang bodoh.. Hiks..), jadi aku tidak tahu apa yang dia maksud.

"Gak usah pura-pura bego deh lo! Lo itu mutan! Kan?!" Ia semakin mendesakku.

"Ok akan aku buktikan jika aku itu manusia, lihat aku memiliki darah, dan lihat aku suka kucing! Aku manusia..!...kan?" Jelasku pada mereka

"Eumm..Rin, kayaknya dia itu emang manusia.. Kamu tahu mutan itu kan pinter, cerdik, juga kuat, kalau dia sih.." Kata seorang laki-laki yang sepertinya dia ragu kalau aku ini mutan, ya syukurlah ada orang yang percaya padaku.

"Tunggu! Ini mungkin siasat darinya, untuk menipu kita, dia itu cuma pura-pura bodoh, sebenarnya dia itu pintar! Jon, beri dia pukulan!" Teriak wanita cantik berambut pirang itu, dan menunjuk ke salah satu temannya yang berbadan kekar untuk memukuliku. Tapi aku tahu, pasti orang berbadan kekar itu tak akan memukulku, mana tega dia.. Ya kan?

Buk! Bak! Bik! Buk! Heu... Brak! Aw nyeri!

Euhh.. Sialan, ternyata dia juga tidak punya hati, aduh lenganku patah..

"Tuh apa aku bilang dia itu bukan mutan, kasian dia ambil obat merah!" Kata pria berkacamat tadi. Uh! Aku tak suka dikasihani..

Aku pun duduk di sebuah balkon sambil menahan tubuhku yang sakit-sakit semua. Aku pun menatap langit, aku bersyukur bahwa masih ada orang yang hidup selain aku, ya walaupun mereka menyebalkan. Aduh.. Mana lapar lagi.

"Hei, aku mau minta maaf, soal yang tadi, kenalkan namaku Nabila.." Tiba-tiba saja cewek cantik tadi duduk disebelahku dan meminta maaf, sial ternyata cewek itu kalau lagi baik manis banget. "Oh gak apa-apa, aku kan laki, harus kuat dong kalau dipukulin" jawabku sedikit berbohong untuk menyembunyikan kesakitanku.

"Ya tapi tetap saja aku merasa bersalah, dan tadi aku nyuruh si Joni temenku yang kekar tadi buat mukulin kamu.. Oh ya kamu laper kan? Mau makan?" Kata Nabila, mencoba untuk membuatku senang kembali. "Eumm.. Boleh.." Kataku sedikit berjual mahal, padahal udah laper banget.

Tak lama kemudian Nabila kembali dengan membawa dua tumpuk roti tawar dengan segelas susu hangat, "ini makanan untukmu, maaf ya makanan yang kami punya hanya seperti ini, kami juga sehari-hari makan ini, hanya untuk menambah energi.." Terang Nabila sambil menyodorkan makanan tersebut.

"Hoy bro! Maafin gue yak? Tadi gue dah mukulin lu? Maafin ya?" Tiba-tiba saja Joni datang menyapaku dengan cara memukul tanganku yang patah.. Hiks padahal masih sakit.. "Iya, iya.. gue gak apa-apa kok"

Sambil menikmati roti dan susu tadi, kami mengobrol seputar dunia yang sekarang ini, tak terasa senja pun tiba.

Dan ada beberapa informasi yang baru ku ketahui sekarang, ya.. Tentang mutan

Jadi setelah peperangan berakhir, sekitar satu bulan setelahnya, ada beberapa orang yang terkena radiasi, mereka menjadi lebih pintar, kuat, dan cerdik, awalnya tidak ada yang dikhawatirkan, tapi tidak lama kemudian mereka tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, bahkan ada orang yang bermutasi menjadi monster mengerikan, tangannya tiba-tiba membesar lebih besar dari tububnya, lalu mengejar orang-orang yang tidak terkena radiasi disekitarnya.

Alhasil kekacauan pun terjadi kembali, lalu katanya pemerintah membuat sebuah tembok yang besar di suatu kota, tapi tidak ada yang tahu apa nama kota tersebut tersebut, yang tinggal disana hanya orang-orang yang tidak terkena radiasi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak terkena radiasi yang ada di luar tembok? Ya seperti kami ini, kami harus bertahan hidup jika ingin hidup, dan menjelajah untuk mencari kota tersebut. Ya hanya itu yang ku ketahui dari mereka.

Tapi tunggu.. Rasanya ada yang kurang dengan diriku ini.. "Hey kenapa? Kok kamu tiba-tiba diem?" Tanya Nabila.

"Eumm.. Apa kalian lihat kucingku?" Tanyaku pada mereka. "Oh kami menyimpannya di dalam kandang, jadi itu kucingmu ya?" Tanya Nabila kembali. "Sialan kalian! Kenapa kalian menaruhnya di kandang?! Dasar biadab dimana kandang itu?!" Secara Tiba-tiba aku berteriak pada mereka, dan segera mencari si-manis.

Dan akhirnya ku temukan dia, ternyata dia sedang asyik bersama kucing-kucing yang lainnya.

"Hey kau ini kenapa bung?" Tanya Joni keheranan karena aku tiba-tiba saja menjadi agresif.

"Oh ternyata dia baik-baik saja, eumm.. Maafkan aku, aku tidak pernah menaruh si-manis di kandang, karena.. Kau tahu? Si-manis adalah satu-satunya makhluk yang menemaniku disaat aku sendiri, sedih, marah, dan dalam bahaya. Ia adalah pemberian dari adikku, adikku pernah berpesan agar aku terus menjaga dia, lalu setelah itu, penyerangan terjadi, keluargaku.. Mereka semua terbunuh.." Jelasku pada mereka agar tidak terjadi kesalah pahaman.

"Maafkan aku ya? Aku gak tahu kalau kucing itu sangat penting bagimu, biar aku lepaskan" lalu Nabila mengeluarkan si-manis dari kandang, "ini.." lalu memberikannya padaku.

"Terima kasih.."

Malam pun tiba, hari ini hujan turun sangat deras, dari tadi aku belum bisa tidur, entah kenapa, jadi aku pun pergi ke balkon lagi untuk melihat derasnya hujan.

*Hiks..hiks..aku takut..

Suara apa itu? Sial aku merinding sekali, itu kuntilanak? Tuyul? Atau suster ngesot? Aduh gimana ini, kalau aku bergerak nanti dia bisa dengar aku, terus ngejar aku.. Bisa mati aku.. Ah senter, kunyalakan saja.

Lalu kusorotkan senter tersebut kesudut-sudut balkon, dan sialan! Ternyata itu Nabila, ia bertindak aneh, ia hanya membungkuk dan menangis, entah apa yang sedang dilakukannya, karena penasaran aku pun mendekatinya.

"Na-nabila? Kau kenapa? Kenapa kamu menangis?" Tanyaku sedikit takut, aku takut jika dia itu bukan Nabila tapi hantu yang siap mengigitku, hu hu hu ya tuhan aku takut sekali.

Lalu tiba-tiba Nabila memelukku dengan erat, aku tidak tahu kenapa dia seperti itu, seakan-akan dia itu sedang ketakutan.

"Rio, aku takut, aku takut kegelapan" kata Nabila dengan suara lirih. "Apa? Hahaha kamu takut gelap? cewek segarang kamu takut gelap? Hahaha" aku ketawa dengan terbahak-bahak, dan..

PLAK!

"Dasar sialan, aku ini takut tau! Jangan ngomong gitu! Mau kubunuh kau!?" Teriak Nabila kesal. "Huhuhu, iya-iya maafin aku, tapi kenapa kamu takut gelap?" Tanyaku keheranan.

"Eumm.. Dulu waktu penyerangan, aku masih SD, dan aku itu lagi didalam rumah, tiba-tiba mati lampu, dan seisi rumah gelap banget, aku terkejut waktu seekor monster menyeramkan sedang menyiksa kedua orang tuaku, aku pun berlari ketakutan, dan aku salah aku malah berlari ke lantai bawah, dimana itu adalah gudang, dan aku sendirian disitu, hingga aku diselamatkan oleh para agen-agen bawahan ayahku, mereka mendengar tangisanku dan langsung membawaku keluar. Tapi ketika diperjalanan, monster-monster itu membunuh semua agen tersebut, dan hanya aku yang tersisa, lalu aku pergi kedalam hutan yang gelap dan bertemu dengan Joni dan Ryan, yang sedang kamping disitu, mereka tidak tahu kalau dikota sedang kacau sekali, dan kami pun bertahan hidup bersama-sama, hingga sebesar ini.. Begitulah ceritanya.." Jelas Nabila dengan panjang lebar, ya aku sedikit tidak memperhatikannya karena, aku ngantuk sekali..

"Dasar udah panjang lebar juga aku ngejelasin, kamu malah gak ngerti, ya pokoknya aku itu takut dengan gelap!" Teriak Nabila kesal, "iya-iya deh aku ngerti" kataku mencoba menyenangkannya kembali.

"Hmm.. Kamu mau teh? Ini tadi aku buat untukku, tapi rasanya kamu lebih butuh deh, ini untukmu, tenang aku belum meminumnya kok" kataku sambil menyodorkan segelas teh hangat.

"Iya, terima kasih.." Balas Nabila.

Bersambung..

Lanjut ke episode 3

Belum baca episode 1? Disini

0 comments: